Jodoh (Sudah) Bertemu
Photo by Matt Ridley on Unsplash |
“Jodoh tidak melulu soal pasangan” mungkin hal ini benar adanya. Dan istilah inilah yang mungkin cukup menggambarkan hubungan saya dan Paragon.
Dua tahun setelah lulus, saya telah mencoba bekerja di dua perusahaan yang berbeda di Jakarta. Culture dan cara kerja di tempat saya bekerja saat itu yang kurang cocok dan membuat saya cukup frustrasi dalam menjalani pekerjaan. Hari-hari terasa berat dan ingin resign secepat mungkin. Dari sinilah pencarian jati diri saya mulai bergejolak. Haruskah terus menjalani pekerjaan dengan setengah hati agar tetap mendapat pendapatan atau keluar saja untuk mencari yang sesuai dengan hati saya. Setelah mengalami pergolakan batin yang cukup lama, saya akhirnya mantap memutuskan untuk keluar dan ‘banting setir’ bidang pekerjaan dari Arsitektur ke bidang UI / UX Designer. Seperti gayung bersambut, Paragon saat itu juga sedang membuka lowongan untuk posisi itu. Saya tidak melewatkan kesempatan itu begitu saja dan langsung mendaftar di posisi tersebut. Singkat cerita, saya lolos tes hingga tahap akhir untuk interview di Head Office.
Sesampainya disana, saya merasakan keanehan karena saya merasa seperti di “rumah”, saya merasakan sesuatu yang nyaman. Suasana nya seperti tidak asing bagi saya, padahal saat itu adalah kali pertama saya datang kesana. Saat pertama kali datang disana, kesan pertama yang saya rasakan adalah rasa “adem” melihat interaksi antara para karyawan yang akan masuk kantor dan para satpam yang berjaga. Mereka saling senyum dan sapa. Sebuah interaksi kecil positif yang menular dan seketika membuat mood saya baik saat itu. “Bismillah. Semoga aku berjodoh dengan Paragon”, bisik saya dalam hati.
Sehari setelahnya, saya mendapat email bahwa saya diterima di Paragon. Saya masih ingat betul waktu itu bagaimana perasaan saya sangat senang dan terharu sambil menangis dan terus memandangi email tersebut. Memastikan bahwa itu semua bukan mimpi. Boleh dibilang, itu adalah momen terbaik saya di tahun 2019. Semesta seakan sangat mendukung semua harapan saya saat itu. Bagaimana mungkin saya yang baru memutuskan akan beralih bidang pekerjaan, bisa mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan dan di perusahaan yang sudah lama saya selalu sisipkan di setiap doa. Allah Maha Baik.
Saat hari pertama bekerja di Paragon, kesan pertama yang saya dapatkan adalah adanya energi positif yang sangat besar di dalamnya. Mulai dari awal masuk kantor, senyum sapa adalah hal pertama yang dilakukan. Tidak peduli dengan atasan atau pun satpam, semuanya saling sapa atau sekedar bertukar senyum. Sebuah aksi yang mungkin terdengar remeh, tapi dapat mem-boost energi positif di pagi hari sebelum masuk ke kantor. Pada kesempatan lain, Pak Subakat juga pernah bercerita bahwa Paragon menjadi besar hingga saat ini adalah karena niat awal perusahaan yang selalu ingin memberikan manfaat bagi orang banyak, sehingga energi yang dicurahkan tidak akan ada habisnya. Ternyata energi yang sejak awal saya rasakan, memang benar adanya.
Selama masa orientasi untuk karyawan baru, saya dibekali pengetahuan mengenai budaya yang ada di Paragon. Waktu itu saya menyebutnya sebagai positive brainwash. Namun saya sangat menyukainya karena ternyata nilai-nilai yang dibawa Paragon sejalan dengan nilai kehidupan yang selama ini saya anut. Nilai-nilai ini diturunkan dari nilai yang dianut oleh para pendiri Paragon (atau kita biasa menyebutnya dengan sebutan “family”). Nilai tersebut antara lain: Ketuhanan, keteladanan, kekeluargaan, tanggung jawab, fokus pada pelanggan, dan inovasi.
Saat masa orientasi itu, saya juga ditugaskan untuk mewawancarai beberapa Paragonian (sebutan untuk karyawan yang bekerja di Paragon) untuk mengenal lebih dalam mengenai budaya yang ada di Paragon. Dalam wawancara itu, saya mengetahui bahwa ternyata materi mengenai culture Paragon yang diberikan dalam orientasi sebelumnya, memang sejalan dengan apa yang Paragonian rasakan. Mereka setuju dengan budaya Paragon yang kuat dan membantu mereka dalam menjalani pekerjaan sehari-hari. Paragon memberikan ruang untuk embracing innovation bagi karyawannya. Dengan adanya hal itu, karyawan mengalami learning by experience yang mungkin tidak bisa didapatkan di tempat lain.
Selama 10 bulan lebih bekerja di Paragon ini, saya juga merasakan hal yang sama. Visi, misi, dan nilai yang ada di perusahaan tidak hanya sekedar tulisan atau pajangan semata, tapi hal ini benar-benar sejalan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Budaya yang paling terasa di masa pandemi saat ini adalah budaya inovasi. Sesuai dengan namanya — Paragon Technology and Innovation, kata “inovasi” bukan hanya sekedar nama belakang. Paragon sangat mendukung inovasi para karyawannya dengan memberikan akses e-learning untuk Paragonian (sebutan untuk karyawan Paragon) untuk terus belajar mengexplore hal baru. Untuk mendukung budaya inovasi ini, Paragon juga meluncurkan website untuk Paragonian menuangkan ide-ide untuk kemajuan bisnis kedepannya. Semangat inovasi dari Paragonian terbukti sangat besar dengan didapatkannya 1.184 ide dalam 2 minggu saja di website ini.
Ah, rasanya terlalu banyak jika saya harus menulis satu per satu hal baik yang saya dapatkan selama bekerja di Paragon.
Bekerja di Paragon adalah salah satu pengalaman terbaik yang pernah saya rasakan selama ini. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa saya bisa bekerja sesuai passion di perusahaan yang luar biasa baik terhadap karyawan dan sekitarnya. Bekerja di Paragon tidak hanya sekedar mendapatkan materi, tapi lebih dari itu – Paragon adalah rumah dan penggerak saya untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik di segala aspek kehidupan, baik jasmani maupun rohani. Mungkin inilah yang selama ini orang-orang katakan “jodoh dalam pekerjaan”.
Comments
Post a Comment